-->

Oftalmoskopi

Post a Comment
KKD kali ini adalah oftalmoskopi dibimbing oleh dr. Riva. Pertama beliau menjelaskan dulu tentang alatnya. Beliau membawa dua alat milik dr.Elvira. yang satu harganya 1 juta dan yang satunya di atas 3 juta. Kami KKD menggunakan alat milik dr. Elvira karena milik fakultas sedang digunakan oleh kakak kelas yang sedang co-as, yaitu yang di stase mata dan neurologi, masing-masing 2 buah. Rencananya fakultas akan beli lagi.

Sebagai alat yang bekerja dengan listrik, beliau menunjukkan tombol on dan off. Lalu tombol untuk mengatur cahaya, dari cahaya yang berukuran kecil hingga besar bisa diatur, bahkan ada yang berbentuk bulan separuh, maupun yang berwarna hijau. Dalam prakteknya akan sering digunakan cahaya yang kecil, karena pupil sendiri ukurannya memang kecil.

Kemudian ada tombol untuk mengatur penglihatan pemeriksa, bagi yang memiliki visus normal, maka lihatlah menggunakan yang bertuliskan 0 atau normal, bagi yang matanya plus ada tulisan (+) atau warna hitam, dan yang minus ada tulisan (-) atau warna merah.

Selanjutnya beliau mengajarkan kami cara menggunakannya. Apabila mata yang diperiksa adalah mata kanan, maka pemeriksa juga menggunakan mata kanan dan memegang alatnya dengan tangan kanan. Begitu pula sebaliknya. Karena pupil yang ukurannya kecil, maka untuk memudahkan, pasien diberi midriatikum untuk melebarkan pupil. Setelah selesai pemeriksaan, pasien diberi obat tetes untuk mengembalikan pupil ke ukuran semula, walaupun pada orang-orang tertentu memerlukan waktu yang lama untuk bisa mengembalikan pupilnya ke ukuran semula.

Sebelum pemeriksaan, harus dijelaskan dulu kepada pasien bahwa mungkin dalam pemeriksaan pasien akan merasa sedikit tidak nyaman. Midriatikum yang melebarkan pupil dapat menyebabkan pasien cepat merasa silau. Dan dalam pemeriksaan, pasien benar-benar akan merasa silau, karena cahaya disorotkan langsung masuk ke dalam pupil.

Setelah penjelasan, dr.Riva lalu mencoba memperagakan pemeriksaan dan aku sebagai OPnya. Dan memang benar, silau sekali. Mataku sampai berair. Dua orang temanku bersedia matanya ditetesi midriatikum. Kemudian kami mulai berlatih mencoba mencari papil teman kami masing-masing.

Setelah mencoba berkali-kali, termasuk ke mata teman kami yang pupilnya sudah melebar karena midriatikum, ternyata mencari papil tetap tidak mudah. Setiap kali aku menengok dengan oftalmoskop, yang terlihat hanya pembuluh darah. Aku bingung ketika disuruh mengikuti pembuluh darah tersebut, harus ke kiri, atas, kanan, atau bawah. Akibatnya sampai KKD berakhir, aku baru bisa melihat pembuluh darah dan belum menemukan papil. Teman-temanku yang lain sudah berhasil menemukannya, namun ada juga yang menemukan pembuluh darah pun susah.

Sehabis KKD, mata kami sama-sama cape. Cape melihat ke mata teman yang lain, dan cape menjadi OP karena silau disorot cahaya. Yang jelas, aku harus lebih banyak berlatih lagi, karena aku ingin jadi dokter.

Related Posts

Post a Comment